Peningkatan suhu rata-rata maupun kenaikan permukaan laut global disebabkan oleh konsentrasi gas rumah kaca (GRK) dan emisi karbon yang terus meningkat. Hal ini berakibat pada terjadinya global warming yang bahkan sekarang telah memasuki era global boiling atau pendidihan global. Dampaknya, kita tidak bisa terbebas dari peningkatan frekuensi dan intensitas bencana alam, seperti badai tropis, banjir, dan kekeringan. Media nasional juga telah banyak memberitakan tentang terjadinya bencana alam, mulai dari kebakaran hutan dan lahan besar-besaran akibat kondisi kemarau panjang dan kekeringan hingga hujan lebat dan banjir yang melanda sejumlah daerah, meskipun di tengah puncak musim kemarau.
Tidak hanya bencana alam, kondisi cuaca yang tidak menentu, kebakaran hutan akibat perubahan iklim sebagai dampak dari deforestasi, tingginya konsentrasi GRK maupun emisi karbon juga memengaruhi habitat flora dan fauna di Indonesia. Perubahan iklim mengakibatkan terjadinya migrasi fauna yang kehilangan habitat asli mereka. Mengutip laman www.ui.ac.id, jika dibiarkan, distribusi spesies tumbuhan dan hewan yang masif ini akan mengubah karakteristik bioma serta struktur dan fungsi ekosistem, sehingga persediaan oksigen, air bersih, makanan, obat-obatan, dan perlindungan terhadap bencana pun berubah. Pada masa-masa seperti ini diperlukan berbagai usaha berkelanjutan dan berkesadaran tentang pentingnya memiliki ketahanan iklim yang dilakukan secara kolektif oleh masyarakat untuk beradaptasi serta memitigasi dampak yang lebih parah atas perubahan iklim yang terjadi, salah satunya dengan meningkatkan kesadaran masyarakat terkait perubahan iklim hingga melakukan transisi energi ke penggunaan energi bersih. Climate resilience atau ketahanan iklim merupakan salah satu topik yang cukup gencar dibicarakan oleh masyarakat global. Begitu banyak inovasi dari berbagai penjuru yang telah dilakukan untuk memitigasi dan beradaptasi dengan kondisi akibat perubahan iklim yang terjadi saat ini.
Salah satu inovasi yang diciptakan sebagai Upaya untuk mewujudkan ketahanan iklim adalah inovasi Early Warning System (EWS), yang merupakan sistem peringatan dini terhadap bencana melalui televisi digital dan dikembangkan oleh Kominfo Indonesia sejak tahun 2021 dengan tujuan untuk membentuk budaya siaga bencana.
Menuju Ketahanan Iklim Nasional yang Berkelanjutan

0 Komentar
Untuk berkomentar, kamu wajib memiliki akun prospectus, Belum punya akun Prospectus? Daftar Disini